Home » , » Akhir dari Era Ratu untuk Rakyat

Akhir dari Era Ratu untuk Rakyat

Written By Purbaya Group on Jumat, 25 Januari 2013 | 12.56

Ratu Beatrix (kiri), Pangeran Willem-Alexander (tengah), dan Putri Maxima bergembira mendengar lagu tradisional Belanda yang dinyanyikan pelajar sekolah Belanda dalam kunjungan ke Singapura, Jumat (25/1).

Michael Coyle masih berusia tiga tahun ketika taman bermainnya di Castlemilk, Glasgow, Skotlandia, kedatangan tamu penting. Saat itu, Coyle terpilih untuk menyerahkan karangan bunga dan setangkup roti lapis kepada tamu itu.

Dua puluh tahun kemudian, Senin (28/1), tamu penting itu, Ratu Beatrix dari Belanda, mengumumkan akan turun takhta pada 30 April mendatang dan menyerahkan takhtanya kepada putra mahkota, Prins van Oranje Willem-Alexander. Dan, Coyle masih mengingat jelas betapa hangatnya sambutan Ratu saat itu.

”Saya ingat memberinya roti lapis selai dan karangan bunga. Dia sangat ramah dan berkata ’terima kasih’. Yang paling saya ingat, dia terus memegang roti itu, lalu naik ke mobil dan memakannya. Lucu juga melihat Ratu makan roti lapis. Dia terlihat sangat ramah dan selalu tersenyum,” kenang Coyle, yang kini menjadi mekanik, kepada harian Daily RecordSkotlandia.

Kenangan pemuda Skotlandia itu juga dirasakan mayoritas rakyat Belanda. Kecintaan mereka kepada sang Ratu membuat rakyat menyebutnya dengan panggilan masa kecilnya, ”Bea”.

Putri sulung Ratu Juliana ini mewarisi takhta dari ibunya, 30 April 1980, saat Belanda dalam situasi ekonomi yang sulit. Tepat pada hari Beatrix dinobatkan sebagai Ratu Belanda, kerusuhan terjadi hanya beberapa ratus meter dari lokasi penobatannya. Kerusuhan dipicu bentrokan polisi dan pengunjuk rasa yang memprotes minimnya permukiman bagi warga.

Namun, Beatrix berhasil membawa ketenangan pada bangsa yang kerap mengalami masalah asimilasi dengan semakin banyaknya imigran itu. Terutama setelah tewasnya politisi populis Pim Fortuyn tahun 2002 dan pembunuhan sutradara film Theo van Gogh oleh seorang militan, dua tahun kemudian.

”Ini akhir sebuah era dan dia telah menjadi ratu yang baik,” kata Paul Hofstra (62), warga Den Haag, tentang Beatrix.

”Saya tak terlalu peduli dengan kerajaan, tetapi betul, dia ratu yang luar biasa, ratu untuk rakyat,” kata Leo van der Horst (65), yang melintas di depan Istana Huis ten Bosch, kediaman resmi Ratu di timur laut Den Haag.

Harian terbesar Belanda, NRC, menilai Beatrix sangat profesional, serius, dan disiplin. Dia sangat menguasai apa yang dibicarakan serta menyukai detail dan rinci. Penampilannya juga selalu sempurna.

Terlahir dengan nama Beatrix Wilhelmina Armgard pada 31 Januari 1938, Beatrix bersama ibu dan adiknya, Irene, sempat mengungsi ke London, kemudian tinggal lima tahun di Kanada selama Perang Dunia II. Dia menjadi putri mahkota saat Juliana dinobatkan sebagai Ratu, 6 September 1948, kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden dan meraih gelar sarjana hukum.

Pernikahannya dengan Claus von Amsberg, aristokrat Jerman, tahun 1966, mengundang protes karena masa lalu Pangeran Claus yang pernah bergabung dalam Angkatan Muda Hitler, yang diasosiasikan dengan Nazi Jerman. Namun, sama seperti Ratu Beatrix, ketenangan dan keramahan Claus mampu merebut simpati rakyat. Saat tutup usia, tahun 2002, Claus telah menjadi salah satu anggota kerajaan paling populer dan kepergiannya ditangisi rakyat.

Kepergian Pangeran Claus membawa kesedihan mendalam bagi Beatrix. Namun, dia bertahan melewati saat-saat sulit untuk membantu Belanda mempertahankan reputasi bangsa itu sebagai salah satu bangsa paling toleran di dunia.

Monarki

Berbeda dengan monarki lain di dunia, Raja atau Ratu Belanda lebih menyerupai jabatan pemerintahan sebagai kepala negara, yang diteruskan berdasarkan garis keturunan. Dengan demikian, keputusan Beatrix turun takhta pada usia 75 tahun sudah diantisipasi sebelumnya.

Apalagi setelah putra keduanya, Pangeran Johan-Friso, tertimpa longsoran salju saat bermain ski di Austria, tahun lalu. Beatrix kerap menemani Friso yang hingga kini dalam keadaan koma di rumah sakit di London.

Beatrix pun meneruskan tradisi neneknya, Ratu Wilhelmina, dan ibunya, Ratu Juliana, turun takhta sebelum tutup usia.

Harian De Telegraaf menulis ”Terima Kasih, Yang Mulia” untuk Beatrix. Harian Volkskrant memuat 34 foto Beatrix sejak awal memegang takhta, sebagai ibu dari Belanda dan faktor pemersatu masyarakat plural Belanda sehingga bisa hidup bersama dengan rukun.

Banyak pihak berpendapat Beatrix menunggu saat yang tepat sehingga putra sulungnya, Willem-Alexander, memiliki waktu cukup untuk menikmati saat menjadi ayah bagi ketiga putrinya, sebelum mengemban tugas sebagai raja.

Di masa mudanya, Willem-Alexander Claus George Ferdinand sempat menjadi favorit tabloid karena kesukaannya pada mobil mewah dan berpesta sehingga mendapat julukan ”pangeran bir”.

Pilihan Willem-Alexander untuk menikah dengan Maxima Zorreguieta dari Argentina juga mengundang protes. Maxima adalah putri Jorge Zorreguieta, anggota kabinet diktator Argentina Jorge Rafael Videla, di akhir dekade 1970-an.

Namun, Maxima dengan cepat merebut hati rakyat Belanda karena sikapnya yang ramah dan santun, serta dengan cepat menguasai bahasa Belanda. Maxima juga aktif dalam sejumlah proyek pembangunan ekonomi dan lembaga mikro-kredit.

Dukungan Maxima membantu Willem-Alexander sebagai raja meski banyak pihak yang berpendapat dia perlu belajar banyak dari ibunya. (Denny Sutoyo-Gerberding/J Waskita Utama)
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Purbaya Group - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger